Selasa, 02 Februari 2010

Perkembangan Musik Gereja

A. PERAN GEREJA DALAM PELAYANAN MUSIK

”KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu. Dan ketehuilah, AKU menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:18-20)

”Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.” (Kolose 3 : 16)

Melalui kedua ayat di atas kita belajar tentang AMANAT AGUNG bagi Gereja. Ada 4 hal yg penting untuk dilakukan oleh Gereja : pemberitaan Injil, pengajaran, persekutuan, dan ibadah. Ke-4 hal tersebut harus mendasari peranan dan tugas Gereja dalam dunia ini. Sesungguhnya di antara 4 hal tsb, ”ibadah” adalah inti dari ke-4nya. Ia harus mendasari ke-3 unsur yg lain, karena yg lain tidak dapat berperan tanpa adanya ibadah. Ibadah bukan hanya sekedar nama atau stempel bagi pengikut Kristus, tetapi dinamo yg menggerakkan dan menghidupkan semua orang maupun aktifitas yg dilakukan oleh Gereja. Berdasarkan Amanat Agung maka semua pelayanan Gereja harus mengandung 4 hal tsb, tidak terkecuali ”MUSIK”. Musik adalah elemen yg penting dalam ibadah Kristen, sehingga sifatnya lebih ”vertikal”, meskipun unsur horizontalnya jg tidak dapat dilupakan. Musik Gereja atau lebih tepat disebut ”Musik Ibadah” mempunyai Visi dan Misi. Inilah yg membedakan musik ibadah dengan musik sekuler. Dan karena Visi dan Misi Gereja terdapat dalam Amanat Agung, maka musik ibadah juga demikian adanya.

B. APAKAH MUSIK GEREJA ITU?

Apakah arti MUSIK itu? Ia telah memberikan peranan yg sangat penting dalam sejarah manusia. Mengapa? Sebab ia merupakan ekspresi/ungkapan isi hati manusia. Setiap orang mempunyai berbagai macam emosi, dan emosi memerlukan saluran. Saluran bagi ungkapan emosi manusia dapat berupa gerakan badan atau vokal. Ungkapan fisik dapat berupa tarian, dan ungkapan vokal da[at berupa musik. Ungkapan-ungkapan semacam ini lambat laun menjadi suatu seni. Musik punya pengaruh yang kuat bagi emosi manusia, ia dapat menjadi alat yg hebat untuk merangsang emosi pendengarnya-mengangkat, memberi inspirasi, mendorong, memperangkap seseorang, dan dapat menjatuhkan atau menghancurkan seseorang.

Apakah yg dikatakan oleh Alkitab mengenai Musikl? Sesungguhnya Alkitab banyak berbicara tentang musik. La Mar Boschman dlm bukunya ”Rebirth Of Music” menulis :

”Music is mentioned in the Bible over 839 times. God must consider music important to mention it that many times in His Word. God doesn’t waste words. He doesn’t fill in spaces in the Bible. Each word is there for a reason. Hell is mentioned a little over 70 times, yet how much do we know about hell? Most of us can describe it very vividly. We can picture the flames leaping up at us, yet hell is only mentioned 70 times. Music is mentioned 12 times as often, god must consider music very important. In fact, it is one of the major emphases of the Bible.”

Musik merupakan anugerah Allah kepada manusia. Martin Luther sebagai Bapak Reformasi mengatakan : ”Music is a gift of God, not of men”. Ronald Allen dan Gordon Borror, penulis buku “Worship, Rediscovering The Missing Jewel”, mengatakan : “Allah menganugerahkan musik agar kita dapat memperkembangkannya dan menggunakannya untuk mengungkapkan kreatifitas kita di dalam penyembahan dan ibadah kepada Allah”.

Dalam kitab Mazmur yg merupakan BUKU NYANYIAN orang Yahudi dapat kita lihat pentingnya peranan musik dalam ibadah. Sebagai contoh dalam Mazmur 95 : 2 “Biarlah kita menghadap wajahNya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagiNya dengan nyanyian mazmur.” Dalam Alkitab bahasa Inggris kata “nyanyian mazmur” itu bunyinya : “music and song”, sehingga artinya jelas sekali bahwa tekanan untuk mendekati Allah melalui musik itu diutamakan.

Setelah kita ketahui asal-usul musik dan maksud dari musik tersebut, marilah kita selidiki dalam kitab Keluaran 20 tentang 10 Perintah Allah yg melarang penggunaan beberapa macam cabang seni untuk sarana beribadah (contoh : membuat patung). Tetapi tidak satu katapun yg melarang penggunaan musik untuk beribadah. Sehingga kesimpulan kita ialah Allah mengijinkan penggunaan musik untuk ibadah bani Israel. Musik sangat berkembang dalam kehidupan bani Israel, bahkan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan raja Daud yg juga terkenal sebagai seorang ahli musik. Bahkan ia telah melihat kuasa yg terkandung dalam musik yg dimainkannya ketika ia harus melayani raja Saul di istana. Setiap kali Saul dapat ditenangkan kembali pada waktu Daud memainkan musik. Ketika Daud menjadi raja, ia yakin bahwa musik mempunyai peranan penting bagi pelayanan ibadah dalam Bait Allah. Hasil karyanya yg terutama adalah dibentuknya organisasi musik dalam Bait Allah, yg merupakan organisasi musik gereja yg pertama (I Tawarikh 25). Sejak saat itu musik memegang peranan penting dalam Bait Allah.

Dalam beberapa peristiwa dalam Alkitab kita melihat bahwa Allah merupakan pusat dari kegiatan musik. Misalnya : Tembok Yerikho runtuh pada waktu terompet dibunyikan (Yosua 6 : 4-20), Elisa memerlukan seorang pemain musik untuk bermain baginya agar Roh Allah turun ke atasnya (2 Raja-Raja 3 : 15), dll. Puncak dari pelayanan musik terjadi pada waktu pentahbisan Bait Allah jaman Raja Salomo, ketika kemuliaan turun memenuhi Bait Allah saat musik dimainkan (2 Tawarikh 5 : 11-14). Kitab Mazmur adalah kitab nyanyian bani Israel, di dalamnya kita temukan beberapa alat musik yg dapat dipakai untuk beribadah. Dengan melihat jumlah alat musik yang disebut, kita pasti yakin bahwa semua alat musik yg terdapat pada masa itu dipakai semuanya tanpa kecuali, sehingga hal ini membuktikan bahwa musik dalam Perjanjian Lama bukan hanya musik yg tenang dan khidmat saja, tetapi kadang juga ramai seperti yg dikatakan oleh Mazmur 100:1 ” Bersorak-soraklah bagi Tuhan, hai seluruh bumi.”

Sebaliknya dalam Perjanjian Baru, kita menemukan musik vokal lebih daripada musik instrumental. Tetapi penggunaan musik vokal di sini tidak bermaksud untuk menghilangkan penggunaan alat musik. Melainkan untuk menunjukkan bahwa musik mempunyai tempat yg penting sebagai sarana untuk mengungkapkan pujian kepada Allah. Perjanjian Baru menganjurkan agar umat Kristen menyanyikan mazmur, nyanyian rohani dan puji-pujian bagi Tuhan seperti yg terdapat dalam Efesus 5:18-21, Kolose 3 : 16, I Korintus 14:15, dan Yakobus 5 : 13. Don Hustad seorang tokoh dalam bidang musik gereja dan bekas pemain orhan dalam kampanya KKR Dr.Billly Graham, melihat bahwa Perjanjian Baru menekankan tentang peranan manusia dan asal-usul musik yang Ilahi. Ia berkata bahwa musik itu mengalir keluar dari pengalaman manusia.

Dari ayat-ayat di atas kita yakin bahwa Perjanjian Baru tidak menolak penggunaan musik. Perjanjian Baru dibuka melalui sebuah OVERTURE, yaitu nyanyian malaikat untuk kedatangan Mesias. Yesus sebagai tokoh utama tidak juga menolak musik. IA tetap memegang tradisi untuk menyanyikan pujian sesudah Perjamuan Paskah (Matius 26 : 26-30, Markus 14 : 26). Rasul Paulus dan Silas memuji-muji Tuhan ketika berada dalam penjara hingga pintu dan belenggu terlepas (Kisah Para Rasul 16 : 25-30). Puncak dari musik Gereja dapat kita baca dalam kitab Wahyu. Sejak awal yg dimulai dengan penglihatan Yohanes atas Takhta Allah samapai pada penglihatan tentang Yerusalem Baru suara musik memenuhi kitab ini. Dalam kitab Wahyu kita melihat suatu program liturgi ibadah dan penyembahan yg sangat indah. Kita melihat demonstrasi peleburan antara musik dan ibadah. Hal ini juga membuktikan bahwa musik mempunyai dimensi eskatologi. Kitab ini cocok sekali jika disamakan suatu lagu penutup dari sebuah konser musik dari Perjanjian Baru atau bahkan Alkitab.

Musik dan ibadah tidak dapat dipisahkan, sehingga untuk mencapai hasil yang prima dalam ibadah kita harus menggabungkan keduanya. Oleh karena itu peranan musik adalah : ”Untuk menciptakan kesadaran akan kehadiran Allah dan suasan untuk ibadah, menghidupkan jiwa manusia, menyatukan jemaat dalam suatu pengalaman ibadah bersama dan menyatakan iman jemaat”. Dengan kata lain, musik dapat menjembatani hubungan antara iman seseorang dengan perasaan dan sikap hidupnya.

Waktu sekarang ini yang kita lihat adalah hal yg memprihatinkan di bidang musik gereja. Karena sekarang ini yg memegang kendali musik bukan lagi Gereja, tetapi sebaliknya Gereja banyak dipengaruhi oleh musik sekuler. Bahkan di mana-mana musik gereja menjadi suatu usaha bisnis yang besar dan menguntungkan. Memang hal ini tidak dapat dicegah sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi modern yg ditemukan oleh umat manusia. Tetapi yg menyedihkan adalah musik tidak berperan aktif lagi dalam ibadah Kristen, baik secara kelompok maupun secara perseorangan. Ada kalanya musik telah dieksploatir atau dimanipulasikan sebagai entertainment saja atau untuk menggugah emosi. Meskipun jemaat mendapat porsi yg cukup banyak dalam menyanyi, tetapi porsi ini tidak cukup menjamin bahwa jemaat telah dipersiapkan untuk menerima Firman Tuhan dan pengalaman ibadah yg memuaskan. Kadang-kadang yg kita temukan di gereja adalah susunan liturgi dengan nyanyian-nyanyian yg dari minggu ke minggu dipakai tanpa perubahan sehingga kita dapat menerka nyanyian apa yg akan dinyanyikan sedudah acara ini dan sebagainya. Bahkan Paduan Suara Gereja yang menempati suatu acara yg cukup penting seringkali tidak dapat mempersiapkan sidang dalam beribadah. Keluhan yg sering terdengar adalah kurangnya lagu-lagu baru dan repertoire yg up to date menyebabkan mereka mengulang-ulangi nyanyian yg lama.

Apakah keluhan ini benar? Memang keluhan ini benar, tetapi sebagian kecil saja. Sebab kita tidak berani memakai nyanyian baru yg mempunyai akord-akord yg modern dan sedang ”in” saat ini. Kita semua takut kalau dianggap tidak becus menyanyikan musik-musik standard dari Eropa yg telah dakui sebagai yg terbaik dan paling cocok untuk musik gereja. Sampai-sampai kita lupa bahwa dunia di sekeliling kita telah berubah, dan tidak banyak lagi orang yg dapat menikmati dan mencernakan musik yg kita bawakan.

Jika kita kembali kepada peranan Gereja dan musik yg sejalan, maka kita harus mengintrospeksi diri sendiri mengenai musik-musik yg kita sajikan kepada sidang. Pertama-tama kita harus ingat musik itu harus dapat menolong jemaat untuk mengalami ibadah yg benar, jadi mereka harus mengerti apa yg mereka dengar atau nyanyikan. Sebab itu berilah mereka nyanyian yg dapat mereka nikmati sehingga menolong mereka untuk melihat kebenaran Allah dan menyadari dirinya sebagai manusia yg memerlukan Allah. Yang kedua, kita harus ingat musik termasuk cabang seni. Dan harus kita ingat juga bahwa seni tidak pernah mandeg, tetapi terus berkembang. Tidak mungkin untuk membendung atau mencegah perkembangannya. Jalan satu-satunya : Janganlah mencoba untuk membendung atau menolaknya, tetapi ikutilah alirannya tanpa harus tenggelam di dalamnya. Hanya degan cara inilah kita dapat kembali menempatkan musik pada proporsi yg sebenarnya di dalam gereja tanpa membingungkan dan membosankan pendengar atau penyanyi.

Apakah semua musik akan dapat dipakai dalam ibadah? Marilah kita mendengarkan apa yang dikatakan oleh Rev. Virgil C. Funk : ”The musician has every right to insist that music be godd. But although all liturgical music should be good music, not all good music is suitable to the liturgy. The nature of the liturgy itself will help to determine what kind of music is called for, what parts are to be preferred for singing and who is to sing them.” Setiap musik mempunya tempat sendiri-sendiri, dan kesempatan untuk tiap musik dimainkan juga bebeda-beda, Oleh sebab itu seseorang yg berkecimpung dalam dunia musik gereja harus peka terhadap musik yg mereka pilih. Bukan hanya yg mereka senangi atau kenal saja, tetapi terutama kesempatan yg diberikan itu harus sesuai dengan musik yg mereka pilih. Mengenai komposisinya, dapat dipilih dari yang klassik sampai dengan yg modern, asal sesuai dengan suasananya. Dan harus diingat pagelaran musik gereja tidak boleh hanya menjadi sarana hiburan saja, tetapi harus membawa suasana beribadah yg mengingatkan manusia kepada kebesaran Allah sang Pencipta.

Carl Harter menulis dalam bukunya “The Practice of Sacred Music” : “The chief, and perhaps only, difference between the music of the church and secular music is a difference in function. Where secular music is free to address itself to any man’s emotions , the music of the church is restricted to serving the Word of God, its presentation to man and man’s response to the Word. Church Music is never an end in itself; nor its function to entertain.” Jelaslah sekarang perbedaan antara musik gereja dan musik sekuler. Musik gereja harus selalu menunjukkan kepada Allah, tetapi musik sekuler adalah musik untuk diri sendiri (bagi pemusiknya maupun pendengarnya).

Musik harus dijadikan senjata utama dalam misi gereja di dunia, oleh karena itu “iman” dari para penyanyinya harus nampak dan dapat dirasakan melalui nyanyian atau musik yang dimainkannya. Kita tidak boleh memandang musik hanya sebagai pengisi acara kebaktian saja. Nyanyian Gereja/rohani bukan saja menjadi kesaksian, tetapi juga alat untuk menyampaikan kesaksian itu. Musik sebagai alat pertumbuhan rohani harus dimulai dari lutut kita semua. Ia bertumbuh melalui iman dan pengabdian. Oleh karena itu musik harus dipilih berdasarkan kebenaran theologinya, baik dalam pemberitaannya maupun dalam penjiwaannya bukan hanya karena segi-segi artistik saja.

Karena musik adalah dari Allah dan untuk dikembalikan kepada Allah maka kita harus melihat kembali apa yang patut kita kerjakan untuk musik agar menempati porsi yang benar. Pertama, kita harus menyadari betapa besar dan kuatnya pengaruh musik terhadap banyak hal, terutama emosi manusia. Kedua, seni tidak dapat dicegah perkembangannya tetapi harus diikuti tanpa ikut terhanyut di dalamnya. Dalam hal ini kita harus bergantung kepada pimipinan Roh Kudus. Bila kita telah memakai jenis musik yg mana saja, janganlah lupa untuk mengingat bahwa fungsi musik adalah untuk melayani dan memuliakan Allah, bukan untuk mencari pujian bagi diri pribadi. Thomas L. Are dalam bukunya ”Faithsong” menulis bahwa musik itu mati, yang dapat memberikan hidup adalah penyanyinya atau pemain musiknya. Jadi semua yg dilakukan oleh pemain musik atau penyanyi akan tercermin dalam musik yg dibawakannya. Ketiga, semua orang yg terlibat dalam pelayanan musik dalam gereja harus ingat bahwa mereka melayani Allah, janganlah mencoba untuk meninggikan diri sendiri. Tetapi dengan rendah hati memberikan semua yg mereka punyai, baik bakat, talenta dan sebagainya bagi Allah. Ingat, ini bukan berarti kita harus berpuas diri dan tidak usah belajar lagi, karena semua sudah diserahkan kepada Roh Kudus. Justru kita harus meningkatkan diri agar pelayanan musik makin meningkat dan makin sempurna. Kesempurnaan harus selalu kita kejar.

I. Sebelum Masa Kristus

Pada dasarnya manusia merupakan makhluk religius walaupun ia sering ingkar janji. Dalam kehidupan manusia terdapat suatu kesadaran akan adanya suatu makhluk yang mahakuasa. Sekalipun suku bangsa yang paling primitif pun merupakan makhluk religius ketika ia mencoba untuk menggenapi kewajibannya terhadap kuasa yang tak kelihatan itu. Sejak permulaan sejarah musik. selalu menjadi suatu hubungan yang unik dengan pengalaman ibadah manusia.

Ada banyak bukti mennnjukkan bahwa kebudayaan Mesir, salain satu kebudayaan yang paling awal, menggunakan musik secara intensif dalam upacara ritual religius, Orang Mesir memiliki banyak instrumen musik, dari sistrum sampai harpa dengan 12 atau 13 senar. Tak diragukan lagi, Yunani, yang kebudayaannya tak kalah pentingnya memperoleh pengetahuan tentang musik dan prakteknya dari orang-orang Mesir.

Orang Yunani sangat banyak menggunakan musik dalam upacara keagamaan mereka dan menyatakan bahwa musik mempengaruhi moral dan emosi manusia dan menganggap musik berasal dari dewa-dewa. mereka.

Walaupun bangsa Ibrani, menggunakan musik dalam ibadah mereka kepada Yehova, namun musik tidak pernah dikembangkan seperti bangsa Yunani. Orang Ibrani, tidak Seperti orang Yunani, tidak menghubungkan musik dengan moralitas. Bagi orang Ibrani, seni yang dianggap penting kalau bila dipakai untuk memuja dan memuji Yehova.

Sebagian besar yang kita ketahui tentang ibadah orang Ibrani ada dalam kitab Perjanjian Lama. Di dalamnya kita mendapati sejumlah besar acuan yang membuktikan pentingnya musik vokal dan instrumental dalam ibadah orang Ibrani. Kata musik pertama-tama tertulis dalam Kejadian 4:21, di mana Yubal disebutkan sebagai "bapa, semua orang yang memainkan kecapi dan suling". Dalam Kitab. Suci ada kira-kira 13 instrumen yang berbeda, yang disebutkan, yang dapat diklasifikasikan sebagai instrumen dengan senar, instrumen tiup atau perkusi. Ada sejumlah penyanyi dan lagu disebutkan dalam Perjahjian Lama, misalnya: Lagu Miriam (Keluaran 15:20-21) Lagu Musa (Keluaran 15:2) Lagu Debora dan Barak (Hakim-Hakim 5:3) ` Lagu ucapan Syukur Hana (1 Samue12:1-10) Lagu ueapan syukur dan pelepasan dari kejaran Saulus yang dinyanyikan Daud (II Samuel 22)

Semua kata yang berkenaan dengan musik, pemusik, instrumen musik, lagu, penyanyi dan nyanyian disebutkan 575 kali dalam seluruh isi Alkitab. Acuan yang berkaitan dengan musik didapati dan 44 dari 66 kitab dalam, Alkitab. Kitab Mazmur yang terdiri dari 150 pasal, dianggap berasal mula dari sebuah kitab yang berisi nyanyian.

Dengan jatuhnya Yerusalem di bawah kekuasaan Daud dan ditempatkannya kemah suci di kota itu, ibadah yang dilakukan menjadi semakin semarak dan dilengkapi dengan pagelaran musik. Suku Lewi ditugaskan untuk memberikan pelayanan musik dan memimpin ibadah ini. Di bawah kepemimpinan Daud paduan suara dan orkestra besar pertama dikelola untuk dipakai sebagai bagian dari ibadah di kemah suci.

Ketika Salomo, anak Daud, menjadi raja dan membangun Bait Allah yang pertama, semarak,pagelaran musik menjadi semakin agung Yosephus, sejarawan Yahudi yang terkenal, menulis bahwa dalam Bait Allah yang pertama ada 200.000 peniup terompet dan 200.000 penyanyi berjubah yang dilatih untuk ikut serta dalam ibadah ini. II Tawarikh pasal lima memberikan laporan tentang hadirnya sejumlah besar penyanyi dan instrumen musik, dalam ibadah tersebut:

Setelah kembali dari tampat pembuangan di Babel, ibadah di Bait Allah kembali dilaksanakan, dengan pembangunan Bait Allah, yang kedua. Walaupun yang kedua ini tidak seindah yang pertama, namun jelas bahwa pagelaran musik merupakan bagian dari ibadah orang Ibrani. Kitab Talmud Yahudi menjelaskan tradisi menyanyikan mazmur dalam Bait Allah kedua.

II Kelahiran Yesus Kristus

Dengan datangnya era baru, yaitu kelahiran Yesus Kristus, suatu semangat dan motif baru, yang tak dikenal oleh orang Mesir, Yunani,; Romawi dan Yahudi, rnelanda kesadaran beragama. Ini merupakan suatu kesukacitaan karena memiliki hubungan secara pribadi dan akrab dengan Allah melalui pribadi dan karya keselamatan Anak-Nya, Yesus Kristus ibadah tidak lagi terbatas pada Bait Allah atau rumah ibadat, tetapi setiap orang percaya menjadi bait bagi Allah yang hidup. Ini tidaklah sema dengan demonstrasi yang semarak dan berirama yang dikumandangkan agama-agama purba: Ini merupakan sukacita disertai dengan ibadah kepada Pribadi Kristus.

Walaupun sebagian besar ibadat umat Kristen dilakukan secara rahasia karena penindasan pemerintah Romawi, namun tidak dapat disangkal musik sudah menjadi ekspresi natural bagi sukacita kristiani. Sejarah gereja mencatat bahwa banyak martir yang menghadapi kematian sambil mendendangkan lagu pujian tentang Juruselamat mereka. Kita melihat bahwa musik digunakan secara ekstensif sejak zaman awal para rasul dan masa gereja pasca para rasul dan kita dapat membacanya dalam Efesus 6:19, Kolose 3:16, Kisah Para Rasul 16:25, den Yakobus 5:13.

Memang benar bahwa sumber utama, baik pada zaman Yudaisme kuno dan orang Kristen yang mula-mula, ialah mazmur. Namun, selain itu kita juga mendapati nyanyian Maria, Magnificat - Lukas 1:46-55; nyanyian Zakharia, Benedictus ---Lukas 1:68-79; nyanyian para malaikat, Gloria in Exelsis . Lukas 2:14; nyanyian Simeon, Nunc Dimittis -- Lukas 2:29; nyanyian Yesus - Matius 26:30. Nyanyian lain dalam Perjanjian Baru ialah nyanyian Paulus dan Silas dalam Kisch Para Rasul 16:25, dan nyanyian orang-orang tertebus dalam Wahyu 14:3 dan 15:3. Musik gereja Kristen yang mula-mula kebanyakan vokal, dengan sedikit perhatian terhadap pemakaian instrumen.

Dengan diizinkannya kekristenan berkembang di bawah pemerintahan Konstantin Agung, organisasi yang sederhana dari gereja, para rasul lambat laun berkembang menjadi suatu sistem liturgi dan ibadah yang kompleks. Pada masa inilah St. Ambrose dari Milan banyak mendorong jemaat agar banyak memuji Tuhan. Akan tetapi lambat laun, para pengikut perorangan semakin sedikit memperoleh porsi dalam ibadah sementara pendeta memegang seluruh rincian liturgi, termasuk puji- pujian dalam ibadah.

III. Abad Pertengahan

Seribu tahun berikutnya, meliput kurun waktu dari abad keempat sampai kepada periode Renaissance-Reformasi, yang biasa disebut sebagai Abad Pertengahan, atau Abad kegelapan oleh para sejarawan. Lagu-lagu yang dinyanyikan oleh para imam merupakan perkembangan musik gereja yang paling penting dari abad keempat sampai keenam. Asal mula sebenarnya dari lagu-lagu ini tidak diketahui. Pemimpin musik yang terkenal saat itu ialah St. Gregory Agung yang hidup menjelang akhir abad keenam. Lagu-lagu gereja pada masa ini sering disebut sebagai "Lagu- Lagu Cregoriari.

Abad ketujuh sampai masa Renaissance-Reformasi menyaksikan banyak aktivitas dan perkembangan musik yang penting Liturgi untuk misi dibuat dan ditetapkan Liturgi ini terdiri dari dua bagian utama: Misa umum dan berjenis-jenis bagian sebuah misi. Misa umum tergantung pada penekanannya. Jenis-jenis misi lainnya juga dikembangkan pada masa ini. Liturgi dari misa-misa ini penting karena memberikan struktur-struktur musikal bagi banyak komposisi paduan suara, baik oleh orang Katolik maupun Protestan, selama berabad-abad. Salah satu contohnya ialah B. Minor Mass karangan Bach.

Abad pertengahan ini juga menandai bertumbuhnya harmoni, yang semakin maju dari nyanyian bersama menjadi mengharmoniskan dua atau lebib suara kepada satu suara melodi utama. Bagian-bagian melodi utama ini, yang dikenai sebagai cantus firmus, secara umum dipinjam dari lagu-lagu gereja yang mula-mula. Alat-alat polifonik dan untuk mengiringi lagu digunakan dalam musik ini mencapai hasil yang sempurna melalui musik duu komposer terbaik dari lagu rohani sepanjang zaman, yaitu Palestine dari abad keenam belas dan J.S. Bach, 1685-17b0.

IV. Periode Renaissance Reformasi

Periode berikutnya yang penting dalam sejarah ialah periode Renaissance-Reformasi dari tahun 1450 sampai 1600. Periode ini ditandai dengan bangkitnya perhatian dalam aktivitas intelektual dan seni. Dalam arti religius, Reformasi, yang mencapai klimaksnya oleh Martin Luther dengan "95 Tesis pada Pengakuan Augsburg" pada tahun 1517, sangat panting baik secara teologis maupun secara musikal bagi seluruh pengikut aliran ini. Pada masa itu orang-orang Kristen menyadari kebenaran dari suatu hubungan pribadi dengan Allah melalui iman di dalam Yesus Kristus saja.

Adalah wajar bila dengan hadirnya kesukacitaan baru timbullah keinginan untuk mengekspresikan penyembahan dan pujian. Jemaat menyanyikan lagu-lagu pujian dan paduan suara merupakan suatu kekuatan dalam gerakan baru ini. Baik teman-teman maupun musuh Luther mengatakan bahwa ia memperoleh lebih banyak petobat barn melalai. pemanfaatan dan dorongan nyanyian jernaat daripada yang dilakukannya melalui khotbah Luther sendiri mengatakan bahwa musik merupakan pemberian Allah yang paling baik dan agung di dunia.

John Calvin dan El-ich Zwingli juga menyadari pentingnya nyanyian jemaat walaupun tidak seintensitas Luther. Calvin menyarankan agar musik diajarkan di sekolah sehingga mereka dapat belajar menyanyikan mazmur di sana dan akibatnya, dapat menyanyi dengan baik dalam ibadah d hari Minggu. Karena para reformator merasa bahwa hanya lagu- lagu dengan latar belakang Kitab Sucilah yang tepat untuk ibadah, maka hanya versi metrikal dari mazmur yang dipakai di gereja beraliran reformasi dan dinyanyikan bersama. Clement Marot merupakan tokoh . penyanyi mazmur metiikal pads mase itu dan kitab nyanyian Mazmur yang paling panting ialah Kitab Nyanyian Mazmur Jenewa, yang diterbitkan pada tabun 1562.

V. Ahad Ketujuh Belas

Pada masa ini di Inggris kaum Puritan menjadi musuh utama gereja Anglikan. Mereka menuduh bahwa gereja sudah tidak murni lagi berafiliasi dengan gereja Roma. Mereka berusaha untuk mengurangi jatah ibadah sesederhana mungkin, selain membentuk pemerintahan gereja yang lebih demokratis. Kaum "Puritan berkembang di bawah pemerintahan yang lemah, tetapi bila pemerintahan, kuat, pengaruh mereka semakin memudar.

Praktek-praktek golongan Puritan yang menentang tata cara ibadah terutama disebabkan oleh ajaran Bohn Calvin. Sering, para pengikutnya menjadi lebih fanatik daripada pemimpinnya sendiri: Sebagai pengikut Calvin, mereka menerima isi Alkitab sebagai dasar semua aturan, hanya menerima nyanyian mazmur metrikal dinyanyikan bersama, menolak paduan suara, dan organ gereja, dan mereka memakai taktik yang, radikal dan kejam untuk mencapai cita-cita mereka. Ini merupakan lembaran hitam dalam sejarah gereja. Pada masa itu banyak tempat ziarah kuno dihancurkan, kaca-kaca berwarna dipecahkan, ornamen dihancurkan, perpustakaan dan organ gereja juga ikut dimusnahkan.

Dengan terjadinya restorasi hukum Stuart, Charles II dan penetapan kembali liturgi gereja Anglikan, berkembanglah suatu bentuk musik; yaitu nyanyian gereja yang diambil dari Kitab Suci (anthem).

Bentuk modern dari anthem dalam bahasa Inggris banyak dipengaruhi oleh. salah satu komposer Inggris - yang terkenal, Henry Purell. Anthem dalam bentuk nya yang sekarang merupakan campuran dari motet kuno dan kantata Jerman.

VI. Abad Kedelapan Belas

Abad kedelapan belas sudah siap menerima nyanyian pujian baru dari Isaac - Watts, 16741748, yang sering disebut sebagai "Bapak Lagu Pujian" dan musik: penggerak jiwa dari keluarga Wesley.

Isaac Watts menggunakan lagu pujiannya untuk meringkaskan khotbahnya dan mengekspresikan teologi Calvinistiknya. Ia percaya sepenuhnya bahwa karena lagu pujian merupakan persembahan kepada Allah, maka setiap orang harus menyanyikannya sendiri. Jika nyanyian mazmur harus dipakai menegaskan bahwa nyanyian itu harus dikristenkan dan dipermodern. Beberapa hasil karyanya ialah: "When I Survey the Wondrous Cross", "Jesus Shall Reign Wherever the Sun".

Gerakan Wesleyan merupakan percikan api yang menimbulkan kebangunan rohani beser-besaran di Inggris. Mereka berjuang melawan agnostisisme dan lagu-lagu yang diperkenalkan oleh keluarga Wesley merupakan suatu faktor penting daiam kebangunan rohani tersebut. John sebagai pengkhotbah dan Charles sebagai pemusik menulis dan menerjemahkan 6500 lagu pujian, walaupun sebagian besar kini sudah tak terpakai lagi. Teologi mereka menentang penekanan pada "pilihan" dari ajaran Calvin. Mereka menggubah lagu pujian mengenai hampir seluruh tahapan dalam pengalaman kristiani dengan penuh kehangatan dan keyakinan. Abad kedelapan belas juga menghasilkan bentuk lain dari musik rohani, yaitu oratorio. Walaupun Heinrich Schuitz dan kemudian J.S. Bach telah menggubah banyak musik drama yang dikenal sebagai Passion Music, yang menggambarkan penderitaan Kristus, namun George Frederick Handel, 1686-1759, yang pertama menulis musik dramatis rohani dalam bahasa Inggris. Oratorionya yang paling terkenal, The Messiah, pertama kali dipagelarkan di Irlandia pads taun 1742. Komposer oratorio lain yang terkenal ialah: Franz Joseph Haydn yang menciptakan The Creation dan Felix Mendelssohn yang menciptakan The Elijah.

VII: Abad Kesembilan Belas

Sementara kebanyakan penulis lagu pujian pada abad ke-17 dan 18 membuat komposisi musik yang sarat dengan keyakinan doktrin mereka, para penggubah lagu pujian abad ke-19 banyak dipengaruhi oleh semangat abad Romantik yang berniat memperbaiki kualitas literatur dari lagulagu pujian. Salah satu kompo ser lagu pada malam ini ialah Reginald Heber yang menciptakan lagu "Kudus, Kudus, Kudus".

Pada tanggal 14 Juli J833 suatu gerakan religius baru muncul di Inggris dengan sebutan Gerakan Oxford atau Trac tarian. Gerakan ini berusaha menegakkan suatu ibadah yang lebih saleh dengan khidmat dengan penggunaan musik dalam kebaktian. Gerakan ini mempertahankan teori gereja yang universal dan rasuli, seperti yang diajarkan oleh Kristus sendiri. Gerakan ini memberi banyak pengaruh kepada gereja-gereja Protestan dengan dibentuknya paduan suara anak-anak, penggunaan jubah, dan praktek ritualistik rumit lainnya, seperti penggunaan lambang, arak-arakan, dan nyanyian di akhir kebaktian.

VIII. Nyanyian Rohani di Amerika Serikat

Di AS, para pendatang baru menggunakan nyanyian mazmur yang dipakai mereka di Inggris, dengan pikiran bahwa Allah akan tersinggung bila me reka menggunakan iagu pujian lain yang tidak sesuai dengan apa yang ditulis dalam Kitab Suci. Pada abad ke-18 dan awal abad ke-19, lagulagu pujian dari Watts, Wesley mulai diterima di gereja-gereja di Inggris. Sangat menarik untuk dicatat bahwa pada awal sejarah AS, antara tahun 1620-1820, hanya satu lagu yang digubah komposer AS yang masih dapat ditemukan dalam buku nyanyian dewasa ini. Lagu tersebut I Love Thy Kingdom, Lord ditulis oleh Timothy Dwight.

Mungkin Salah satu bentuk nyanyian yang berbeda yang disumbangkan dalam khazanah lagu-lagu pujian di AS ialah dengan munculnya lagu- lagu Injil (gospel songs). Orang banyak mengatakan bahwa lagu-lagu Injil berasal mula dari lagu-lagu spiritual dan Sekolah Minggu dari abad ke-19. Lagu-lagu Injil memperoleh dorongan yang nyata dalam masa paruh kedua abad ke-19 dengan usaha penginjilan yang dilakukan oleh D.L. Moody dan Iran Sankey.

IX. Suatu Pandangan ke Masa Lalu, Masa Sekarang, dan Masa Depan

Suatu studi tentang masa yang silam mengungkapkan, bahwa gereja Kristen telah mewarisi kekayaan musik sepanjang abad Baru sumber-sumber seperti: terjemahan dari lagu-lagu pujian Yunani dan Latin, lagu pujian dan nyanyian untuk paduan suara dari periode Reformasi; nyanyian mazmur metrikal yang dimasukkan Calvin, Marot, dan penyanyi mazmur pada zaman itu; lagu lagu pujian Watts, Wesley yang mengandung unsur "ketenangan manusiawi" dan komposer abad ke-17 dan 18 lain yang memiliki ajaran doktrin yang kuat, musik-musik Injil dari abad ke-19 dan ke-20, terutama sangat berguna untuk usaha penginjilan dan akhir abad ke-19 dan ke-20 dengan penekanan kuat pada tingkah laku kristiani dan tanggung jawab social terhadap Injil. Sebuah lagu pujian gerejawi yang baik seharusnya mewakili seluruh unsur-unsur komposisi yang baik. aesa sekarang dan ke masa depan menunjukkan banyak trend yang akan menguasai musik gereja injili. Semakin banyak sekolah Alkitab, akademi, dan seminari yang memberi penekanan dan penganjaran tentang musik gereja lebih daripada sebelumnya".

Akhir-akhir ini semakin banyak pimpinan gereja yang tertarik untuk mengembangkan musik gerejawi. Ada beberapa seminar tentang musik. Semakin banyak gereja yang menyadari akan pentingnya paduan suara dan untuk itu persiapan memang harus dilakukan sejak usia dini, yaitu sejak di Sekolah Minggu, dan sesuai dengan kelompok usia. Selamanya, karena musik dan pendidikan memiliki hubungam erat, maka suatu program musik yang terpadu di gereja merupakan alat yang penting untuk mengembangkan suatu program pendidikan Kristen yang kuat. Tetapi, perlu kita akui bahwa masih, banyak yang harus dibenahi.

X. Kesimpulan

Kenneth W. Osbeck dalam bukunya The Ministry of Music menyatakan bahwa untuk mencapai program musik yang efektif dan utuh dalam gereja biasanya membutuhkan usaha dan kesabaran. Biasanya ada banyak kendala menghadang, seperti: kelalaian puas dengan diri sendiri, langkanya latar belakang pendidikan musik, tradisi, pra sangka. Mungkin juga seorang pimpinan musik di gereja tidak sampai melihat hasil nyata dari kepemimpinannya pelayanan musiknya di gereja.

Dan satu hal yang perlu diingat bahwa musik yang baik dan program musik yang hebat bukanlah tujuan utama dalam kehidupan berjemaat. Oleh karena itu program musik gereja harus dititikberatkan untuk menarik individu-individu kepada karya keselamatan yang sudah diberikan Kristus dan kemudian memimpin mereka kepada kehidupan Kristen yang lebih penuh dan dipenuhi Roh Kudus (TRA).


1 komentar: