Jumat, 05 Maret 2010

keilahian Yesus Kristus dalam Ibrani 1



DAFTAR ISI





BAB I

PENDAHULUAN



Dalam paper ini penulis akan memaparkan perbandingan antara keilahian Yesus Kristus dengan malaikat yang terambil di dalam surat Ibrani pasal 1. Penulis mengambil tema ini dengan maksud untuk mempertajam konsep pemikiran kita sebagai umat percaya bahwa malaikat merupakan suatu ciptaan yang tidak lebih tinggi dari pada Yesus, walaupun jika dilihat secara sekilas keberadaan malaikat sepertinya tidak di batasi oleh ruang dan waktu dan Yesus yang telah turun dan mengambil tubuh manusia lebih terikat dan dibatasi oleh ruang dan waktu.
Dengan pemaparan ini kiranya penulis berharap setiap pembaca dapat mengerti betapa Agungnya Yesus dan betapa unggulnya Yesus dibandingkan dengan segala ciptaan yang ada bahkan malaikat sekalipun, sebab segala sesuatu diciptakan untukNya atau bagiNya oleh karena segala sesuatu berasal dari padaNya.

BAB II

TEOLOGI KITAB IBRANI


Penulis kitab ini adalah rasul Paulus. Bukti yang mengatakan bahwa rasul Paulus yang menulisnya adalah pengakuan dari rasul Petrus (2 Pet. 3:15-19) dan juga bukti-bukti dari para ahli Alkitab yang, bahkan dalam isi kitab pun tersirat secara eksplisit membuktika bahwa tulisan kitab Ibrani ini adalah tulisan rasul Paulus dan juga dari surat-surat Paulus lainnya. Penerima surat Ibrani ini adalah orang-orang Kristen Yahudi yang tersebar diberbagai tempat dan juga  yang diam di wilayah kerajaan Roma. Namun, dalam cakupan yang lebih luas, para ahli mengatakan bahwa penerima surat ini adalah kepada setiap orang Kristen di segala abad dan tempat. Teologi kitab Ibrani mencakup doktrin Alkitab, doktrin Allah, doktrin Kritus, doktrin Roh Kudus, doktrin Malaikat, doktrin Iblis, doktrin sorga, doktrin keselamatan, doktrin manusia, doktrin akhir zaman, doktrin gereja.[1]
Dalam hal doktrin Kristus yang dijelaskan dalam surat Ibrani ini, Paulus menyatakan bahwa Kristus adalah puncak wahtu Allah yang paling sempurna, lebih sempurna dari pada wahyu para nabi (1:1-4), dan sifat keilahian Kristus adalah kekal. Mempunyai amanat, pekerjaan, kuasa, dan kemuliaan , serta semua yang ada padaNya lebih mulia dan lebih unggul dari pada malaikat (1:5-2:4).

KEILAHIAN YESUS SEBAGAI ANAK ALLAH



Dalam bab ini penulis akan memaparkan pernyataan-pernyataan yang menunjukkan keilahian Yesus sebagi Anak Allah dan juga keilahian Yesus sebagai manusia sejati. Sebelumnya penulis akan memberikan data-data mengenai keilahian Yesus sebagai Anak Allah.
Dalam teks surat Ibrani ini keilahian Kristus ditunjukan dengan suatu pernyataan bahwa pernyataan Allah kepada umat manusia telah dinyatakan pada masa nabi-nabi hingga saat ini Allah sendiri menyatakan karyaNya kepada umat manusia melalui AnakNya, yang mana Anak ini memiliki hak untuk menerima segala yang ada (Ibr. 1:2). Dari kata ini penulis melihat bahwa wahyu Allah dalam bahasa aslinya adalah lalh,saj dari akar lale,w kata yang berarti perkataan yang sudah diucapkan, yaitu perkataan Allah terhadap nabi. Dengan demikian para Ahli mengatakan bahwa wahyu Allah yang telah diberikan kepada manusia hingga saat ini merupakan Alkitab yang kita pegang sekarang. Objek wahyu Allah ini pada ayat pertama yaitu nenek moyang (leluhur), dengan ini menyatakan bahwa pada zaman dahulu Allah telah berinisiatif untuk menyatakan diriNya melalui para nabi kepada para leluhur sehingga mereka dapat melanjutkannya dan menceritakan kisah ini kepada anak cucu mereka yang pada akhirnya bertujuan untuk menyatakan maksud Allah demi menyelamatnkan umat manusia. Yesus sendiri sebagai kalam yang menjelma menjadi manusiayaitu menyataka isi hati Allah dan keselamatan Allah (Yoh. 1:14-18, 3:16-21, 5:19-30, dan 12:45-50) dan wahyu ini dinyatakan secara terus menerus kepada umat manusia.[2] 
Dari argument ini penulis menjelaskan bahwa tingkatan Yesus berbeda dari tingkatan orang-orang yang paling hebat pun dalam sejarah manusia bahkan juga kepada malaikat-malaikat dan dengan Anak inilah maka Allah telah menciptakan segala sesuatu. Dalam bahasa aslinya tou.j aivw/naj yang artinya dunia-dunia atau alam semesta.[3] Selanjutnya dalam teks ini Paulus juga menjelaskan bahwa Yesus datang ke dunia sebagai seorang manusia yang lebih rendah dari pada malaikat, tetapi hal ini dilakukan hanya untuk menjamin keselamatan orang-orang berdosa (2:9). Dengan demikian Kristus mencuci dosa-dosa umat manusia dan Dia telah duduk di sebelah kanan Allah (penjelasan ini muncul berulang-ulang dalam beberapa ayat, 1:13, 8:1, 10:12, 12:2). Selanjutnya penulis melihat hubungan tema wahyu Allah melalui Kristusadalah sebagai gambar wujud Allah melalui ajaran, kehidupan dan pekerjaan Yesus di dunia. Dengan demikian penulis akan menjelaskan bagaimana gambar wujud Allah dinyatakan oleh Yesus, yaitu dalam 7 gambaran:
1.        Wujud kemuliaan Alah yang tak tertandingi
Alkitab, baik dalam perjanjian lama dan perjanjian baru memakai kata ‘mulia’ untuk menunjukkan bentuk cahaya kemuliaan Allah yang tidak bergantung kepada pandangan dan penilaian manusia. Kristus adalah Allah, sama dengan Allah Bapa, sama hidup, sam sifat, sama karakter, sama kerja, sama jasa, maka Ia dapat mewarisi segala kemuliaan Allah dan menyatakan segala cahaya kemuliaan Allah.[4]
2.        Yesus Kristus adalah gambar wujud Allah
Karakter adalah media yang paling tepat untuk menyatakan subtansi Allah, dengan kata lain Yesus adalah gambar Allah dan hal ini bukan merupakan kesimpulan yang dianologisasi ilmu logika melainkan kebenaran yang super logika.[5] Kebenaran mengenai Yesus Kristus dan Allah Bapa yang mempunyai subtansi yang sama, tetapi memiliki pribadi yang berbeda hanya dapat diterima dengan iman. pribadiNya berbeda tetapi subtansiNya sama, maka dapat dinyatakan secara tepat dan sempurna.
3.        Dia dengan kekuasaan FirmanNYa menopang segala yang ada
Bila dilihat dalam bahasa aslinya kata ‘alam semesta’ aivw/naj dan ‘menopang’ fe,rwn memiliki pengertian bahwa sejak alam semesta diciptakan, Dia memakai FirmanNya (Yesus Kristus) untuk mendukung alam semesta sampai sekarang.
4.        Dia menyucikan dosa manusia
Kata ‘menyucikan’ kaqarismo.n (telah bersih atau lebih murni) dan ‘dosa’ a`martiw/n (tidak masuk angka, tidak mengenai sasaran) memiliki pengertian bahwa Yesus Kristus sudah membersihkan dan menyucikan dosa manusia yang tidak percaya, yang tidak mencapai tuntutan Allah atas moralitas manusia sendiri.
5.        Duduk di sebelah kanan Allah yang Maha Tinggi
Kata ‘langit yang tinggi’ sebenarnya lebih cocok bila digabungkan kata ‘tinggi’ u`yhloi/j dengan ‘maha besar’ megalwsu,nhj (artinya agung, luhur yang dipakai pada kedudukan dan karakter yang mulia dan luhur, bukan menunjukkan kapasitas atau space tetapi suatu otoritas) yang berarti Yesus telah menggenapi pekerjaanNya kemudian duduk di sebelah kanan yang luhur dan berkuasa atau bersama dengan yang luhur dan berkuasa layaknya seperti seorang raja.[6]
6.        Nama yang diwarisiNya lebih mulia dan melampaui nama malaikat
Penulis memahami penggunaan kata ini bahwa malaikat adalah yang diciptakan bukan pencipta, dan tidak dalam mengalami dan mengerti segala kehendak Allah hanya dapat menerima berita yang diwahyukan Allah. Sedangkan, Yesus yang adalah Allah sendiri yang ditentukan Allah untuk mewarisi segala yang ada, baru dapat memahami kehendak Allah dan mewahyukan seluruh kehendak Allah (Kol. 2:9).
7.        Memiliki otoritas Firman Allah
Ketika penulis memaparkan point ini maka kita harus berpijak pada tema sentral dari pokok wahyu Allah terhadap manusia melalui AnakNya Yesus Kristus adalah Firman Allah yang berotoritas. Sebab Firman Allahlah yang memulai perananNya dalam penciptaan hingga saat ini.

YESUS LEBIH BESAR MULIA DARI PADA MALAIKAT


Latar belakang penulisan kata ini dapat dimengerti dengan struktur bahwa agama Yahudi dan pengaruh ajaran nabi tentang malaikat membuat umat Kristen Ibrani menjadi bimbang untuk percaya kepada Kristus, sebab mereka menghormati malaikat lebih dari pada Yesus. Maka dengan demikian penulis akan memaparkan ayat-ayat yang mendukung argument ini:
1.      Kristus sebagai anak, dilahirkan (Ibr. 1:5, dikutip dari Mzm. 2:7)
2.      Allah adalah Bapa Kristus, Kristus adalah Annak Allah (Ibr. 1:5, dikutip dari 1 Sam. 7:14, II Taw. 22:9).
3.      Malaikat harus menyembah Kristus (Ibr 1:6, dikutip dari Mzm. 97:7)
4.      Kristus adalah Allah, memiliki takhta dan kerajaan (Ibr. 2:8-9, dikutip dari Mz. 45:7-8, Yes. 61:1,3)[7]
5.      Kristus adalah pencipta langit dan bumi, Ia lebih terdahulu dari langit dan bumi, juga lebih kekal dari pada langit dan bumi (Ibr. 1:10-12, dikutip dari Mzm. 102:25-27)
6.      Kristus duduk di sebelah kanan Allah, menantikan musuhNya menyerah (Ibr. 1:13, dikutip dari Mzm. 110:1)
7.      Kemuliaan Kristus debagai Anak manusia, mendapatkan kemuliaan dan kehormatan sebagai mahkotaNya (Ibr. 2:6-8, dikutip dari Mzm. 8:5-7)
8.      Kristus bersandar kepada Allah Bapa (Ibr. 2:13, dikutip dari Mzm. 28:7)
9.      Kristus memiliki umat Kristen sebagai anak-anak yang dikaruniakan Allah (Ibr. 2:13, dikutip dari Yes. 8:18)
10.  Kristus dan umat Kristen memiliki hubungan persaudaraan (Ibr. 2:12, dikutip dari Mzm. 22:23, 102:22)

YESUS KRISTUS SEBAGAI ANAK SULUNG


Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia." (Ibr.1:6) Dalam ayat ini menjelaskan bahwa Yesus merupakan Anak sulung dari Allah. Kata Anak sulung dalam bahasa Yunaninya prwto,tokon, artinya AnakNya yang sulung atau menunjukkan kedudukan yang unggul (Luk. 2:7, Kel. 4:22). Dalam perjanjian baru Kristus disebut sebagai “Anak sulung” disebutkan sebanyak 5 kali, dan bila dilihat konteksnya terlihat suatu perbandingan antara Kristus dengan makhluk-makhluk lain yang menyatakan keunggulan kedudukan Kristus.[8] Dia lebih kekal, lebih awal dari pada segala ciptaan, dan eksistensi segala ciptaan diciptakan untuk diriNya.[9]



BAB III

KESIMPULAN


Setelah penulis memaparkan data-data mengenai kebenaran bahwa Yesus benar-benar Anak Allah yang ilahi, serta Yesus sendiri memiliki perbedaan yang sangat menonjol dari segala ciptaan bahkan dari malaikat pun Yesus memiliki perbedaan yang membuktikan bahwa DiriNya lebih unggul, lebih awal, lebih kekal dan seluruh ciptaan ini ada karena DiriNya dan untuk DiriNya. Penulis juga menyimpulkan pemaparan menjadi beberapa point yang dapat diingat, yaitu:
ü  Dalam kekekalan Kristus adalah Anak Allah, malaikat menjadi anak-anak Allah
ü  Kristus adalah Anak sulung, malaikatk hanya pesuruh
ü  Kristus adalah penguasa yang bertakhta, malaikat hanya melayani di sekitar takhta
ü  Kristus adalah pencipta, malaikat adalah yang diciptakan
ü  Kristus adalah pemenang, malaikat adalah roh pelayan
Dengan demikian perbandingan dan keunggulan Yesus Kristus dengan malaikat tampak begitu jelas. Sehingga tidak perlu diragukan lagi bahwa Yesus Kristus merupakan Firman yang hidup yang pertama, dan yang terkemudian, yang awal dan yang akhir, Dialah Alfa dan Omega (Why. 22:13)



 

DAFTAR PUSTAKA



Berkhof, Louis. Systematic Theology. Michigan: WM. B. Eerdmans, 1984.
Milne, Bruce. Mengenal Kebenaran. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.
Morris, Leon. Teologi Perjanjian Baru. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1996.
Barclay, William. Pemahaman Alkitab setiap hari: surat Ibrani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.
Peter Wongso, Eksposisi doktrin ALkitab surat Ibrani (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1993
Grudem, Wayne. Systematic Theology. Nottingham: InterVarsity Press, 1994.
Ladd, George Eldon. A Theology of the New Testament, revised by Donald A. Hagner. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1993.


[1]Dr. Peter Wongso, Eksposisi doktrin ALkitab surat Ibrani (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1993), hal. 24-39
[2] Ibid, hal. 66-67
[3] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1996), hal. 419
[4] Bruce Milne, Mengenal Kebenaran (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), hal. 185
[5] Louis Berkhof, Systematic Theology (Michigan: WM. B. Eerdmans, 1984), pg. 317
[6] Dr. Peter Wongso, Eksposisi doktrin ALkitab surat Ibrani, hal. 83
[7] Wayne Grudem, Systematic Theology (Nottingham: InterVarsity Press, 1994), pg. 544
[8] Ibid, hal.108
[9] George Eldon Ladd, A Theology of the New Testament, revised by Donald A. Hagner (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1993), pg. 146